Selasa, 15 September 2015

PROFIL GURU SD 5 TAHUN MENDATANG


Bagi sebagian orang menjadi seorang guru merupakan profesi yang masih dianggap “Sebelah Mata” bila dilihat dari konteks pendapatan yang diterima. Ketika ada mahasiswa jurusan kependidikan ditanya oleh masyarakat ? “Kamu kuliah jurusan apa ?”, saat mahasiswa itu menjawab, “Saya kuliah di jurusan kependidikan Pak/Bu”, dengan nada yang lirih orang yang bertanya itu menjawab, “Oohh,, mau jadi guru yah ?”, bahkan beberapa ada yang menjawab sambil mengernyitkan dahi seolah bernada “menghibur,meremehkan, dan atau ngadem-ngademi” bahwa jadi guru itu harus sabar, harussiap segalanya, tapi kalo bisa dibarengi dengan usaha lain kalo pengin kaya.

 
  
        
Pernyataan orang tersebut tidaklah salah karena melihat kenyataan yang ada bahwa profesi guru itu masih “Kalah Pamor” dibandingkan profesi lain yang lebih bergengsi dan menjanjikan kehidupan yang layak. Masyarakat menilai bahwa kampus-kampus yang “bonafit” cenderung mengunggulkan jurusan nonkependidikan sebagai suatu nilai yang “prestisius”dilihat dari prospek kehidupan di kemudian hari terutama dalam kebutuhan duniakerja yang memperoleh finansial yang lebih besar. Dimata sebagian besar rakyat Indonesia, guru SD adalah profesi yang tidak bergengsi.  Namun semua mindset itu mulai goyah ketika ada isu dari pemerintah yang menyebutkan bahwa kesejahteraan guru SD akan sangat diperhatikan dimasa mendatang.

 Guru sebenarnya merupakan sosok yang berada di masa depan. Proses pembelajaran yang dilakukan sekarang merupakan bentuk masa depan yang dibawa siswa ketika dewasa. Sosok guru saat ini adalah sosok siswa masa depan. Untuk itu, guru perlu dengan kekuatan batinnya mengajar dengan nuansa masa depan agar siswa benar-benar siap menghadapi masa depannya.

Masa depan tidaklah terpisah dengan masa sekarang karena masa depan sebenarnya merupakan bentuk keberlangsungan dari masa sekarang. Berikut momen sebagai tanda mengenali masa depan. Pertama, jika masa sekarang informasi teknologi begitu cepat, banyak, padat, dan menjangkau, masa depan informasi teknologi itu akan semakin cepat dan lumrah. Ke depan, informasi teknologi menjadi kebiasaan hidup yang permanen dan primer. Kedua, saat ini, nilai kemanusiawian begitu penting setelah ditemukannya banyak varian obat, varian kepedulian diri, varian penghancur manusia, dan varian yang lainnya. Masa depan berarti, nilai kemanusiawian menjadi prasyarat utama dalam menjalani kehidupan. Ketiga, kepraktisan saat ini menjadi idola bagi manusia yang ditandai oleh kebiasaan instan, cepat, mudah, murah, baik, dan lancar. Untuk itu, masa depan dunia akan diwarnai budaya serba cepat dan manusia ingin lebih praktis lagi.

Berkaitan dengan hal di atas, Guru perlu pemahaman tentang informasi teknologi, nilai kemanusiawian, dan kepraktisan. Siswa yang diajar Guru perlu dibawa ke alam informasi teknologi, manusiawi, dan praktis.

Guru SD di masa 5 tahun mendatang harus menguasai banyak pengetahuan (akademik, pedagogik, sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, tanggap terhadap setiap perubahan, dan mampu menyelesaikan masalah. Guru tidak boleh hanya datang ke sekolah melulu untuk mengajar saja. Kemampuan untuk mengelola kelas saja tidak cukup lagi. Guru diharapkan bisa menjadi pemimpin dan agen perubahan, yang mampu mempersiapkan anak didik untuk siap menghadapi tantangan global di luar sekolah. Selain orang tua peran guru dalam mengarahkan masa depan anak didiknya sangat signifikan. Bisa dibayangkan apa jadinya kalau guru tidak siap menghadapi semua tantangan dinamika pendidikan sekarang ini, yang nota-bene masih terus akan berubah.

Realitas di Lapangan

            Kemerosotan pendidikan kita sudah terasakan selama bertahun-tahun, untuk kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 (KBK) kemudian diganti lagi dengan kurikulum 2006 (KTSP) .

Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru.(Sumargi, 1996) Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya.

Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas (Dahrin, 2000).

Banyak faktor yang menyebabkan kurang profesionalismenya seorang guru, sehingga pemerintah berupaya agar guru yang tampil di abad pengetahuan adalah guru yang benar-benar profesional yang mampu mengantisipasi tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan.

Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan dengan hati nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya namun karena tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama sekali. Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar membuat RPP maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.


Yang harus di miliki oleh sosok guru masa depan:

1.      Kompetensi
Seorang figure guru masa depan harus memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya. 
2.      Kepribadian
a.       Planner
Artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan, dan sudah terprogram secara baik;
b.      Inovator
Artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, system dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama mampu untuk merubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan merubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal;
c.       Motivator
Artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;
d.      Capable personal
Maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengola proses pembelajaran secara efektif;
e.       Developer
Artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan IPTEKS, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan computer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
3.      Kemampuan Sosial
Guru masa depan adalah guru bertindak sebagai fasilitator; pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri khas “The Habits for Highly Effective People” dan “Quantum Teaching” serta pendekatan humanis terhadap siswa; Guru menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional.

Jadi, Sosok Guru SD Masa Depan adalah seorang guru yang tidak hanya mengajar tapi juga mampu mendidik dan membentuk pribadi peserta didik yang baik. Dia memiliki sifat-sifat kenabian (Siddiq, tabligh, amanah, fatonah), dan memiliki akhlak terpuji. Menjunjung kejujuran, dan bertanggungjawab terhadap tupoksinya, serta ikhlas menjalankan kewajiban. Menyayangi anak dengan sepenuh hatinya, mampu bekerjasama dengan teman sejawat, dan berwawasan luas dengan banyak membaca, senang menulis, dan mengupgrade diri.
Sosok Guru SD Masa Depan adalah guru SD  yang dapat memahami dan mengerti segala tingkah laku siswa Sekolah Dasar  di sekolah. Dia dapat memberikan kenyamanan bagi peserta didiknya sehingga ilmu yang diberikan dapat diserap dan bermanfaat bagi peserta didiknya. Dia mampu memberi teladan yang baik untuk muridnya. Guru yang bertanggungjawab terhadap anak, dan loyal terhadap tugas-tugas yang diberikan serta dilaksanakan dengan penuh dedikasi tinggi.
Selain itu, sosok guru SD masa depan juga merupakan sosok guru SD yang seharusnya memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.
Oleh sebab itu, untuk menjadi guru masa depan diperlukan kualifikasi khusus, dan barangkali tidak akan terlepas dari relung hati dan sanubarinya, bahwa mereka memilih profesi guru sebagai pilihan utama dan pertama. Weternik memberikan dengan istilah rouping atau “pangilan hati nurani” Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seseorang guru untuk menyebutkan dirinya sebagai “GURU MASA DEPAN”.
Guru (SD) masa kini dan masa depan, akan selalu berhadapan dengan tantangan perkembangan zaman yang kian berat dan kompleks. Untuk itu para guru harus memiliki dua kompetensi yaitu karakter guru profesional dan modal kecerdasan emosi yang memadai serta tangguh. Kedua kompetensi tersebut harus sejak dini dibekalkan oleh institusi penghasil calon guru (LPTK) melalui:
1)      penciptaan ekologi kampus yang demokratis, humanis-religius, ilmiah, dan berorientasi pada kualitas
2)      penciptaan kampus yang memberdayakan mahasiswa
3)      memfasilitasi terjadinya kolaborasi antara para guru (calon guru) sehingga terjadi berbagi pengalaman
4)      melibatkan mahasiswa sejak dini dan secara intens ke dalam pedagogi kasih sayang dalam pengelolaan pembelajaran
5)      mencipatakn lingkungan kampus serta melakukan studi dan layanan bagi upaya pengenalan dan pengembangan profil kecerdasan emosi mahasiswa calon guru (SD).


 

0 komentar:

Posting Komentar